Cerita BBLR - Anakku


Dari usia 1-7 bulan kehamilan alhamdulillah perkembangan janin di rahim semua berjalan baik dan normal. Grafik peningkatan BBnya pun selalu bagus, baik itu ukuran kepala, lingkar perut, panjang tangan & kaki, serta tulang belakang. Dokter kami rutin melakukan pengecekan tersebut, tentu juga dengan mendengarkan detak jantung janin dan cek grafik suply darah ibu ke janin.

Qadarullah, saat pemeriksaan di awal bulan ke-8, BB janinku tidak bertambah dengan maksimal, hanya bertambah sekitar 100 gram saja. Jelas ini meresahkan, karena BBnya hanya 1,790 gram. Dokterku bilang, "kita cek 2 minggu ke depan, harapan kita ga muluk-muluk. Naik 200 gram aja udah alhamdulillah (dalam 2 minggu). Worst case, kondisi di dalam (perut) sudah tidak memungkinkan untuk perkembangan janin, terpaksa harus kita keluarkan" Yang berarti di sini, akan lahir prematur yang tentu beresiko karena usia kehamilan masih 32w.

Selain vitamin yang biasa aku konsumsi, kondisi ini membuatku juga harus minum susu tinggi protein dan suntik penguat paru-paru agar janin lebih kuat apabila harus melahirkan prematur. Selain itu asupan makanan ibunya juga harus tinggi protein dan (enaknya) aku disarankan tuk banyak makan es krim😂


Alhamdulillah, sesuai target, saat pengecekan 2 minggu setelahnya, BB janinku bertambah 200 gram. Namun PRnya tidak berhenti sampai disitu. Kami berencana/menargetkan untuk melahirkan secara normal di usia kehamilan 40-42w dengan BB ideal lahir 2,500 gram. Dokter sudah memberikan 'alert' buat kami untuk tidak muluk soal BB janin. Yang menjadi prioritas kami adalah kesehatan dan keselamatan janin.

2 minggu kemudian (36w), alhamdulillah terpantau BB janin kami bertambah lagi 200 gram, total BB 2,160 gram. Memasuki angka 2, membuat aku sangat lega. Karena berarti suply makanan yang aku konsumsi diserap dengan baik oleh janinku. 

Hingga akhirnya pada 37w3d, janinku mendesak keluar sebagai bayi sehat dengan BB 2,180 gram panjang 47 cm. Aku bisa melahirkan secara normal setelah melewati hampir 16 jam kontraksi. Beberapa menit sebelum bayiku lahir, suamiku dipanggil oleh salah satu bidan di ruang persalinan. Beliau berkata, "pak, kalau ini sesuai dengan prediksi dari hasil USG, ukuran dedeknya kecil sekitar 2,1 kg. Kita berdoa ya semoga dedeknya nangis kencang saat lahir supaya ga harus masuk NICU". Suamiku hanya bisa berserah dan kembali berdiri di sampingku. 

Alhamdulillah, pukul 21.35 WIB bayiku keluar dengan tangisan khas bayi baru lahir. Dengan sigap dan kerjasama yang apik antara dokterku dengan para bidan, membuat proses persalinanku minim trauma. 

Ukurannya yang minimalis membuat baju, celana, dan pempers yang berukuran Newborn pun tampak kebesaran di badannya. Bahkan, sarung tangan dan sarung kakinya pun masih kendur. Dan tidak ada satu topi pun yang memliki ukuran pas di kepala bayiku. Namun kami menerima semua kondisi itu. Karena kembali pada prioritas kami di awal, yang terpenting adalah kesehatan dan keselamatan bayiku. 

Bayi merahku sekarang sudah berumur 1 bulan. Dia tumbuh menjadi anak yang sehat dan semakin pintar minum asinya. Menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagiku khususnya, ketika setiap memandikannya sekarang tangan dan kaki bayiku sudah bisa dipegang "dagingnya". Ditambah lagi dengan ukuran baju NBnya sudah bisa dikancing dan tampak pas dipakainya. Iyah, karena BBLR, membuat bayiku tampak kurus, agak keriput dan sangat merah. Kami yakin, semakin bertambah usianya dan ikhtiar kami, (bismillah sebisa mungkin untuk tetap memberikan asi ekslusif sampai 2 tahun) kelak bayiku akan tumbuh sehat dan sesuai dengan grafik perkembangannya. Aamiin. 

Jika ditanya apa faktor yang menyebabkan bayiku BBLR, jujur sampai saat ini kami pun tidak bisa menjelaskan. Bahkan dokter juga memberikan edukasi bahwa ini lumrah terjadi dan faktornya tidak hanya satu. Bisa jadi karena ini adalah kelanjutan dari riwayat aku sejak awal kehamilan yang sempat mengalami flek, pengentalan darah, dan pendarahan, sehingga ini adalah kelanjutan dari cerita tersebut. Atau juga bisa dari faktor makanan yang dikonsumsi, kelelahan fisik, dan lain sebagainya. Sungguh, sampai saat ini pun kami tidak mengulik secara detail faktornya apa. Karena bagi kami, apapun itu faktornya sudah menjadi kehendak Tuhan. Karena yang bisa kami upayakan selama kehamilan adalah mempertahankan janin, membesarkan janin di dalam kandungan, menjaga kesehatan dan keselamatan janin hingga melahirkan. Hanya itu. 

Ini bukan soal adu berat badan atau sekedar besar-besaran ukuran anak. Pasti setiap ibu mengharapkan anaknya lahir normal dengan BB dan panjang bayi ideal. Kami para ibu pasti mengira apapun yang dikonsumsi dan dianggap baik untuk janin dapat diserap sempurna. Qadarullah, bukan kami yang menggerakan apa yang ada di dalam perut kami, pasti ada campur tangan Tuhan.

Support lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan ibu dan anak. Kami hanya bisa berusaha dan terus berdoa untuk kesehatan dan keselamatan janin serta kewarasan ibu & ayahnya. Selalu berpikir positif, menghindari omongan yang memberatkan pikiran dan beban di hati, menjalani hari-hari dengan happy bersama suami, serta mengesampingkan hal-hal yang di luar kuasa kami adalah cara terbaik yang dapat ibu dan ayah lakukan. 

Ps: cerita soal BBLR ini baru kami sampaikan kepada orangtua kami setelah Satish lahir. Karena kami tidak ingin membuat kedua orangtua dan keluarga kami khawatir akan kondisi ini. Karena yang terpenting selain perhatian dan pengertian (selama hamil) adalah doa baiknya minus pikiran cemasnya. Hehehe

Komentar