Setelah saya duduk di bangku kuliah, sering Kali saya mendengar beragam "pandangan" dari kalangan teman-teman mahasiswa/kalangan luar mengenai pekerjaan seorang PNS. Banyak diantara mereka membuat pernyataan yang menggelitik hati saya, seperti "ah jadi PNS gabut (gaji buta)", "PNS itu rentan sama korupsi karena sudah tersistematis", "jadi PNS enak ya masuk jam 7.30, pulang jam 16.00 on time", "PNS yang dinas keluar kota enak banget jalan-jalan terus", dan lain sebagainya. Ada juga di kalangan temen-temen mahasiswa magang di institusi pemerintahan yang ada PNSnya, justru heran terhadap kerja PNS di kantor yang katanya seperti "oh gini ya kerjanya PNS, yang jadi penanggungjawab siapaa.. yang disuruh ngerjain siapa", "oh gini ya PNS, sukanya nyuruh-nyuruh anak magang buat ngerjain tugas-tugasnya", "kalo ngasih kerjaan ke anak magang ga kira-kira dah.. ini kan kerjaan mereka, malah nyuruh anak magang yang ngerjain", dan lain sebagainya.
Mungkin ada yang diantara teman-teman mahasiswa yang sepakat dengan pernyataan diatas? hehe, wajar.. karena memang adaa kok yang seperti itu, tapi tidak semua ya.
Selama 22 tahun saya hidup bersama salah satu orang tua yang PNS, kadang saya (bisa dibilang) agak tersinggung dengan pernyataan-pernyataan di atas. Boleh doong? hehe kan saya anaknya PNS😜. Kenapa tuh? saya akan coba jelaskan pengalaman saya menjadi anak seorang PNS sebagai berikut:
Saya melihat orang tua saya yang PNS di salah satu kementrian RI, begitu lelah terhadap pekerjaannya. Meski demikian, beliau tidak pernah mengeluh sepanjang hidupnya bekerja hingga baru belakangan ini setelah menginjak usia setengah abad beliau kadang suka berkata, "kalo sabtu/minggu pengennya istirahat dirumah", which is itu menurut saya adalah bentuk ungkapan 'lelah' pada tubuhnya.
Saya ingat, saat saya masih berusia 4-5 tahun (tahun 1999-2000), saya suka diajak ke kantor orang tua saya. Disana saya melihat situasi kerja yang serius, hampir semua orang di dalam satu ruangan duduk di depan laptop, mengetik semacam laporan sepanjang hari, berdiskusi dengan sesama PNS sekedar menanyakan hasil rapat/kunjungan kemarin, atau sekedar bercanda sebentar untuk relaksasi, mereka lakukan itu semua di satu ruangan berukuran 8x6 meter, yang kebetulan ruangan tersebut adalah ruang kerja yang "cukup krusial" bagi setiap instansi pemerintahan maupun perusahaan (tebak aja sendiri, hehe).
Ketika beranjak remaja (6-15 tahun), saya sangat sering ditinggal Dinas ke luar kota bahkan luar negeri oleh orang tua saya. Saya memiliki 2 orang adik laki-laki yang usianya berdekatan dengan saya (selisih 2-3 tahun). Bisa teman-teman bayangkan bagaimana kehidupan masa kecil saya bersama adik-adik yang sering ditinggal dinas ke luar kota maupun luar negeri bahkan bisa dua sampai empat belas hari. Hampir setiap minggunya selalu ada dinas keluar kota yang mengharuskan orang tua saya tidak pulang berhari-hari, bahkan di hari libur sekali pun. Sehingga hal ini sering memaksa budhe (pengasuh) saya untuk menginap di rumah, padahal beliau selalu pulang jam 5 sore setiap harinya. Menemani kami bertiga tidur, menyiapkan kami sarapan hingga menyiapkan kami untuk berangkat ke sekolah, sekedar membantu meringankan pekerjaan orang tua saya.
Tidak hanya sampai di usia 15 tahun, bahkan sampai saat ini, saat saya sudah lulus dari status sebagai mahasiswa, saya kerap melihat kerja orang tua saya yang masih dinas ke luar kota atau luar negeri bahkan pernah sampai 70 Hari sebagai petugas haji😊 enak kan?? enaklaah jadi PNS, keluar kota/luar negeri teruus, gratis, dibayar pula. yakali gaenak?😜 kerja yang seperti ini masih disebut PNS gabut? hehe
Saya pernah mengajukan protes ke orang tua saya setiap kali beliau ditugaskan dinas di hari libur (sabtu/minggu/bahkan tanggal merah). "kenapa sih harus kerja di hari libur? sinih biar innes yang bilang sama bosnya, emang bosnya gak punya keluarga apa? seenaknya ngasih tugas dinas di hari libur. Emang gaada orang lain apa yang bisa gantiin? Dari duluu sampe sekarang masih aja dikasih dinas berhari-hari? Emang gak ada regenerasi?" kurang lebih seperti itu protes saya yang melihat usia orang tua saya sudah tidak lagi muda.
Namun dengan segala bentuk penjelasan yang orang tua saya sampaikan, mau tidak mau saya mencoba untuk mengerti akan resiko pekerjaan orang tua saya sebagai PNS.
Kemudian, saya juga pernah diajak untuk melihat langsung pekerjaan orang tua saya di sebuah acara. Di sana saya melihat bagaimana teman-teman PNS orang tua saya bekerja mengarangement kegiatan, layaknya sebuah EO, baik dalam pembuatan konsep, rundown, mengurus akomodasi, transportasi, hingga membuat SPJ dan laporan deskriptif dari hasil kegiatan tersebut. Mereka bahkan rela kurang tidur (hanya tidur 2-3 jam) karena lelah memikirkan jalannya acara. Meski demikian, saya melihat mereka melakukannya dengan enjoy, meski kadang ada saja sedikit masalah seperti masih di blokirnya anggaran kegiatan oleh pemerintah, sehingga mengakibatkan keterlambatan proses pencairan dana, dan lain sebagainya.
"kok, orang tua lo bisa ngajak anaknya sih pas dinas?" bisa doong.. enak Kan? enaaklah😝 tapi orang tua saya membayarkan sendiri untuk biaya akomodasi dan transportasi tambahan untuk saya.
Tidak berhenti sampai disitu, saya punya background keluarga yang cukup banyak PNS, seperti guru. Pasti teman-teman tidak asing lagi kan bahwa guru/dosen juga ada yang PNS. Apa mereka termasuk ke dalam kategori PNS yang gabut? hmm coba dipikirkan lagi deh.. begini ilustrasinya..
Teman-teman bisa membayangkan bagaimana pekerjaan seorang guru kan? Bukan hanya mengajarkan (saja/doang) dan menyampaikan materi (saja/doang) kepada murid agar pandai. Kenapa saya sebutkan kata "saja/doang" di dalam kurung? karena saya sering mendengar dengusan dari teman-teman mahasiswa juga yang bilang seperti, "guru cuma ngajar doang", "enak jadi guru, ngajarin murid saja". hey duuuddee-__-
Siniihhh saya kasih tau, guru juga harus mempersiapkan semacam RPP, menjabarkan secara deskriptif tentang perkembangan/potensi murid satu persatu, mempersiapkan mental dan tentu memiliki beban moral dan batin untuk mengajarkan muridnya agar paham. Belum lagi menanggapi segala bentuk pertanyaan dan karakter murid dan wali murid yang beragam, memberikan batasan kepada murid dari segala bentuk keonaran yang murid lakukan supaya tetap di dalam koridor yang baik, dan masih banyak lagi. Yang seperti ini masih termasuk PNS gabut? hehe
Dari ilustrasi sederhana di atas, saya mau sekedar sharing dan bertanya aja nih.. apakah bisa kita memberikan statement seperti di atas untuk menggeneralisasi pekerjaan dari PNS? apakah bisa kita memandang sebelah mata mengenai pekerjaan PNS? saya rasa pemerintah sudah cukup bekerja keras untuk mengoptimalkan kinerja PNS. Coba sekarang bayangkan kalo kita masih suka mengucapkan bahwa PNS itu gabut? apa kalian tidak akan mendaftarkan diri sebagai Calon PNS ketika tahun 2018 ini akan dibuka lagi? apa kalian tidak akan merasa bangga menjadi seorang PNS yang bisa mengalahkan puluhan ribu CPNS lainnya ketika kalian lolos menjadi PNS? apa kalian tidak akan mau menikmati rasanya jadi PNS dengan segala kemudahan dan resiko pekerjaan yang diemban? hehehe
Kemudian, inilah pertanyaan saya, "PNS yang seperti apa sih yang disebut dengan PNS gabut???" karena seumur-umur saya menjadi anak seorang PNS saya tidak pernah melihat orang tua saya bersantai-santai dalam pekerjaannya. Bahkan disaat orang lain diperbolehkan cuti berhari-hari untuk merayakan Idul Fitri, orang tua saya hampir jarang menerima cuti Hari Raya. That's why, saya harus merasa selalu diburu waktu setiap kali sedang menikmati liburan Hari Raya, tjurhat tjuuy hehe
Hmm apa lagi ya? coba kita sharing pengalaman yang memiliki orang tua/keluarga/saudara lainnya yang PNS di kolom comment yess.. Siapa tau bapak presiden mau baca tulisan ini dan komentar dari teman-teman. Tapi harus berdasarkan fakta yang kalian lihat/alami sendiri yaa.. Biar isunya jadi akurat. Kalo perlu disebutkan saja nama instansi (sambil di sensor juga boleh) atau nama orangnya yang membuat kaliann merasa demikian.
Sharing is caring~
Komentar
Posting Komentar