Maaf

 Entah dengan cara apa yang bisa kugunakan untuk meluapkan emosi yang tetiba muncul dalam benak

Seketika bak rusak sebuah hubungan akibat dari kekesalan atas dasar rindu yang tak terungkap

Sebuah pertemanan yang sudah terjalanin lebih dari 10 tahun itu kemudian retak karena mungkin ulahku sendiri

Aku bingung sekarang bagaimana cara memperbaiki semuanya

Berawal dari sebuah kesalahpaman namun berujung pada kekecewaan

Prinsipnya aku tidak memahami konsep rasa kecewa

Selama ini yang aku tau bahwa emosi itu hanya sedih, bahagia, dan marah

Aku tidak paham konsep membenci, pun juga konsep kecewa seperti yang mereka utarakan

Aku merasa tidak ada yang harus dijelaskan dan tidak perlu juga dijadikan sebagai landasan dalam sebuah permasalahan

Kukira selama ini yang dilakukan hanya bentuk dukungan, baik tentang proses yang sedang dijalani dan apapun yang sedang dipilih

Aku benar-benar tidak tau letak kesalahannya dimana, sehingga pada akhirnya mereka menganggapku ada perubahan

Padahal selama ini yang kulakukan hanya memberi ruang dan waktu untuk urusan masing-masing, seperti itu pula yang sedang aku jalani

Karir, cita, cinta dan keluarga menjadi pokok penting di tengah usia yang semakin dewasa ini

Bertarung dengan sedikitnya waktu namun harus dipaksa untuk membaginya dalam bentuk cerita dengan orang banyak, nampaknya energiku sudah habis untuk itu

Rasanya aku butuh lebih dari 24 jam dalam sehari dan lebih dari 7 hari dalam seminggu

Di samping aku juga ingin terus ada energiku untuk dapat mengakomodir semua kebutuhan orang-orang di sekitarku

Sungguh hanya kerja dan rumah waktuku habis untuk menjadi pemuasnya

Bahkan waktu untuk diriku sendiri saja tidak ada, energiku terkuras sehingga tidur menjadi posisi ternyamannya

Aku merasa yang kulakukan layak pada porsinya

Aku tidak bercerita bukan berarti aku tidak ingin bercerita. Aku tidak bertemu bukan berarti aku tidak ingin mengajak bertemu.

Namun yang kurasakan saat ini adalah nampaknya aku akan lebih antusias jika bisa bercerita langsung dengan mereka

Disisipi canda dan tawanya yang mungkin akan berujung pada tangis haru bahagia

Tapi ternyata keputusan itu dianggapnya salah

Aku bak orang lain yang tidak lagi diinginkan dan diketahui update kehidupannya

Padahal yang selama ini aku lakukan, aku mendukung penuh urusan mereka

Yang kubayangkan, urusanku dengan urusan mereka adalah sama. Sehingga membuatku merasa, “oh.. mereka juga pasti lagi sibuk dengan urusan pekerjaan dan keluarga masing-masing, lebih baik aku tidak meminta waktu mereka untuk sekedar mendengar celotehan tidak berarti dari mulutku”

Aku hanya tidak ingin merasa menjadi beban orang lain ketika mereka mendengar ceritaku

Aku tidak ingin mengambil waktu mereka hanya untuk menyimak setiap detil urusanku

Aku tidak ingin meminta energi mereka hanya untuk merespon informasiku yang masih menggantung

Karena aku tau, seberapa berharganya waktu dan energi mereka untuk mengurusi urusannya masing-masing

Satu sisi lain, belakangan juga tidak ada hal menarik yang bisa kuceritakan kepada mereka

Tidak ada masalah yang berarti bahkan cerita bahagia yang bisa aku bagi, karena aku merasanya ini adalah urusanku sendiri dan aku harus bisa menyelesaikannya dengan baik

Ada kalanya mungkin nanti aku bercerita

Ketika sang waktu memberi tanda bahwa semua akan terlihat jelas dan baik-baik saja

Mereka adalah bagian penting dalam hidupku yang sudah mengalir sejak lama

Mereka bukan orang asing tapi melainkan bagian dari cerita bahagia selama lebih dari 10 tahun kita bersama

Jadi, apalagi yang harusnya aku lakukan? Selain ucapan syukur karena Allah telah mengirim mereka untuk menemani hidup saya

Saya menyayangi mereka melebih dari urusan pertemanan yang lain

Saya merindukan mereka melebihi dari rindu dengan saudara saya yang lain

Saya menginginkan adanya pertemuan dengan mereka dan bercerita dengan penuh semangat membawa kabar bahagia ini

Dear Rizki Amalia, Fathimah Azzahrah, Dyah Rahayu Utami.

Maaf, jika kesalahpahaman ini berujung pada sebuah kekecewaan besar.

Maaf, jika saya bukanlah sahabat yang baik yang selalu bisa bertanya bagaimana kabar kalian.

Maaf, jika saya dianggap berubah karena dianggap tidak menjadikan kalian sebagai prioritas.

Maaf, jika ajakan kalian tidak selalu bisa saya iyakan.

Maaf, jika waktu yang bisa saya berikan selama ini tidak bisa menjadi obat untuk memperbaiki segalanya.

Mungkinkah kalian berkenan meluangkan waktu lagi untuk mau bertemu dengan saya barang sebentar?

Ataukah hubungan kita terpaut berjarak jauh dan tidak bisa diobati seperti semula?

Entah, yang bisa kulakukan hanya berdoa selalu untuk kebahagiaan dan kesehatan kalian.

 

Komentar