Gendut banget sik lu!
Kayak babi deh lu
Buset gendut banget lu
Dasar gendut!
Bunder!
Kalimat itu sering saya dengar sekitar 1 tahun yang lalu. Ya, saya mengakui memang saya gendut saat itu. Untuk tinggi badan saya yang hanya 159 cm, kala itu, berat badan saya mencapai 65 kg. Dengan ukuran celana 31 (Large up to Extra Large), dan ukuran kaos/kemeja saya adalah Large (L).
Sebagai informasi, saya masuk kuliah tahun 2013, dengan tinggi badan 158 cm, berat badan 50 kg, ukuran celana 29-30, dan ukuran kaos/kemeja S to L (tergantung merk dan model bajunya).
Ya, setelah Lulus SMA tidak sedikit dari teman-teman yang juga mengalami peningkatan berat badan secara drastis seperti saya. Hanya dalam waktu 2-3 tahun, berat badan saya meningkat hingga 15 kilo. Tapi dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas tentang bagaimana/kiat-kiat saya dalam Proses menurunkan berat badan. karena sejujurnya, saya masih harus menurunkan berat badan sebanyak 7 kilo lagi untuk mencapai bentuk ideal tubuh saya. paham?
okay, saya akan bercerita sedikit tentang pengalaman saya soal berat badan yang meningkat dan alasan kenapa saya termotivasi untuk menurunkan berat badan kembali.
Pada dasarnya setiap orang memiliki alasan masing-masing kenapa mereka memilih untuk melakukan diet atau pun tidak, tentu dengan motivasi yang beragam pula. Ada yang melakukannya karena alasan tuntutan pekerjaan, tuntutan sosial, tuntutan keluarga, pacar, atau bahkan karena lelah dibully. Saya pribadi salah satu yang memilih untuk diet karena mendengar nasihat keluarga, pacar (mantan pacar), dan karena gak mau di bully "gendut kayak babi", you Kno what I mean. Bullyan itu datangnya dari mana? Bukan datang dari orang lain yang baru mengenal saya, tapi justru datang dari teman terdekat saya sendiri. Mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan dengan body shaming itu adalah hal yang gak ada nilainya, a.k.a. becanda. Mereka merasa karena sudah terlalu dekat dengan saya, mereka bebas saja mengucapkan apapun yang sebenarnya itu (saya anggap) adalah "bentuk perhatian mereka agar saya menjadi perempuan yang baik, dikagumi, dan disegani orang lain". Berangkat dari sini, saya kemudian berpikir bahwa, "iyaa benar juga, karena selera orang berbeda-beda. apalagi pikiran laki-laki yang mudah terkecoh dengan hal-hal sexuality". kenapa saya bilang mengaitkan bentuk tubuh dengan sexuality? ya karena tidak dipungkiri bahwa laki-laki akan menilai seonggok wanita cantik, gendut, kurus, sexy, atau tidak, berdasarkan apa yang mereka lihat. Disini saya tegaskan bahwa apa yang saya tulis ini berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri, dan tidak untuk menggeneralisasi siapapun.
Lantas, mengapa saya menggendut?
Seingat saya, di awal semester perkuliahan saya, saya gemar jajan dan mencicipi masakan di warung makan yang menjamur di area kampus. Jam kuliah saya cenderung stabil, pukul 07.30-15.30 wib, kemudian saya sering menghabiskan jam sore saya dikampus dengan nongkrong bersama teman-teman sambil makan/Jajan hingga maghrib menjelang. Setelah sholat maghrib, saya baru pulang ke Rumah. Pantang pulang sebelum maghrib menjelang😁 (tidak selalu, tapi sering).
Sesampainya di Rumah, saya pasti makan lagi, padahal 1 jam sebelumnya saya baru selesai makan di kampus, which is, ini sudah pukul 8-9 malam. karena sudah lelah, jika tidak ada tugas, saya memilih untuk langsung tidur setelah membersihkan diri. Belum lagi kalau saya ada tugas kuliah, pasti saya akan begadang hingga pukul 1-2 dini hari sambil minum kopi dan memakan cemilan ringan.
Pola hidup tidak sehat seperti ini sering saya lakukan selama masa kuliah. Gimana gak gendut cobaa? hadeh..
Teruuuss, di pertengahan tahun kuliah saya semester 3-4, saya mulai punya pacar. Hal ini menambah beban saya untuk semakin sering makan malam. Tetapi hingga di tahun kedua saya kuliah, berat badan saya tidak pernah lebih dari 55 kg. Aman doong?
Nah, puncak dari buruknya berat badan saya dimulai sejak memasuki semester 5-7. Dimana saat itu saya mulai dihadapi oleh tugas kuliah yang super padat, yang mengharuskan saya untuk begadang hingga pukul 2-3 pagi sambil ngemil. kemudian urusan percintaan dan pekerjaan saya sebagai EO yang menghadapkan saya kepada realita stressnya anak kuliahan. Saat itu cara paling ideal dan mampu menenangkan pikiran dan mood saya adalah dengan makan, makan, dan terus makan. Ditambah lagi dengan jam makan malam yang sembarangan, dan selalu memilih untuk berleha-leha atau tidur langsung setelah makan, yang mengakibatkan berat badan saya meningkat mencapai angka 65 kilo.
Tidak hanya sampai disitu, saya harus menerima beragam serangan penyakit yang menghampiri tubuh saya. Kerap saya merasa mudah lelah, sering pusing, pergerakan badan yang lamban, dan penampilan yang tidak eye catching sama sekali. Baju mulai kesempitan, celana jeans mulai membentuk pinggul hingga betis saya seperti cangcorang, dan gak percaya diri setiap foto karena pipi yang chubby dan lekukan badan yang menurut saya tidak cantik. Belum lagi saat melakukan check darah, menghasilkan nilai sebagai berikut:
Tensi darah (batas normal 120/80): 110/70
Gula darah (batas normal 100 <140): 85
Asam Urat (batas normal ♀2-6 ♂3-7): 6,7
Kolesterol (batas normal <200): 219.
Hasilnya menjelaskan bahwa saya memiliki tekanan darah rendah, gula darah rendah, tetapi memiliki Asam Urat dan Kolesterol yang tinggi. Diusia yang masih 21 tahun, saya harus beperang melawan Kolesterol dan Asam Urat. Usia yang masih terlalu muda bukan? tetapi untuk jaman sekarang, tidak jarang saya menemukan kasus yang mirip dengan saya. Sangat disayangkan. sejak saat itu, ibu saya mulai sering memberikan warning kepada saya untuk menjaga badan dan melakukan pola hidup sehat. Tentu dengan gaya ke"ibu"annya yang kadang justru membuat saya bete jadi gak bisa makan enak teruus, hehehe. but, saya menerima segala kritikan dan teguran dari Ibu saya tersebut, sebagai bentuk perhatian kepada saya. I love you ibu Presiden😘❤.
Di sisi lain, selama itu saya sering dibully oleh teman dekat, teman biasa, keluarga, pacar (mantan pacar), bahkan teman yang baru saya kenal. Lelah dengan baper karena dibully, akhirnya saya sering bertanya dan membandingkan kepada orang-orang didekat saya, "eh emang gue gendut banget ya?", jawaban mereka pasti gini "kalo dibanding sama waktu pertama kuliah, iya, lo gendutan". Atau ketika lagi pergi ke suatu tempat, kemudian ada wanita lain/ibu-ibu muda sambil menggendong anaknya/mendorong stroller bayi, saya sering bertanya kepada teman saya, "gue sama dia (nunjuk si ibu muda/wanita lain yang keliatan lebih berisi) gedean siapa?". Orang yang saya tanyain tersebut kemudian membandingkan dan berkata, "gendutan dialah. tapi kan dia baru selesai melahirkan! kalo lo kan hamil aja belum". DENGG!! "si ibu tadi aja baru setelah melahirkan sebesar itu badannya, gimana berat badan gue nanti pas lagi hamil dan setelah melahirkan? segede apa gue?" seperti itulah pikiran saya saat itu. Sebuah motivasi #part1
Kemudian, entah kenapa di awal motivasi saya untuk diet, saya selalu didekatkan dengan pemberitaan di infotainment tentang artis-artis yang melakukan diet demi suami, salah satunya artis Olla Ramlan. Saat itu dia sedang hadir di acara talkshow yang tema pembicaraannya seputar berat badan kembali normal setelah melahirkan. Dia mengakui bahwa dia melakukan beragam treatment, olah raga rutin, dan melakukan pola hidup sehat meski masih menyusui bayi. Alasannya cukup membuat saya tergelitik, dia bilang, dia akan selalu berusaha untuk tampil cantik dengan tubuh ideal untuk membuat suaminya selalu cinta dan betah dirumah. Alasannya, dia menyadari bahwa diluar sana masih banyak wanita cantik dan sexy yang pasti mengagumi suaminya. So, dia melakukan segala cara untuk membuat suaminya bangga atas dirinya. Sebuah motivasi #part2.
Kemudian, saya melihat postur ibu saya yang jauh lebih kecil daripada saya. diusianya yang sudah mencapai 50 tahun, masih memiliki kulit yang putih bersih, kencang, postur tubuh kecil ideal dengan tinggi badan 155 cm, berat badan 47 kg, ukuran celana 27-28, dan wajah yang kemerahan. Sejak saya kecil (SD) sampai dengan sekarang, banyak orang yang membandingkan saya dengan ibu saya. Mereka bilang, "kalian sperti adik dan kakak", "besaran anaknya daripada Ibunya", "ibunya masih cantik aja padahal anaknya sudah besar", "gue mau sama Ibunya aja daripada sama anaknya", WHADEZZIGH!👊 Omongan mereka-mereka ini sempat membuat saya kesal dengan ibu saya. Gayanya yang masih seperti anak muda sering kali membuat saya iri jika ada yang membandingkan demikian. alhasil, saya sering meminta kepada ibu saya untuk memakai baju yang lebih keliatan "seperti ibu-ibu pada umumnya", biar saya keliatan yang lebih muda darinya, u Kno what I mean, hahaha. but, I always love you Ibu Presiden😘❤ selalu sehat, aamiin. sebuah motivasi #part3.
Lalu, pacar (mantan pacar) saya saat itu juga pernah berbicara begini kepada saya. Kebanyakan laki-laki pasti mau wanita untuk dijadikan pasangannya itu yang cantik dan enak dipandang (cantik itu relatif berdasarkan perspektif orangnya). Bohong kalo mereka bilang deketin cewe karena baiknya dulu. pasti yang pertama dilihat itu visualnya, penampilannya, barulah sifatnya, pribadinya, lingkungannya, keluarganya, dll. Mangkannya, Kamu sebagai wanita juga harus menjaga badan, kebersihan, dan berusaha buat jadi pribadi yang lebih baik supaya merasa pantas (relatif) dan cocok untuk dinikahi. Sebuah motivasi #part4.
Dan masih banyak lagi cerita motivasi lainnya yang membuat saya memutuskan untuk mengembalikan bentuk ideal tubuh saya. Padahal, sebelumnya saya sangat enjoy dengan diri saya. Kemunculan Meghan Trainor dengan lagunya "all about the bass" liriknya sangat membuat saya tersadar bahwa kelebihan yang ada pada tubuh saya itu bukan suatu kekurangan. Hal ini juga membuat saya berpikir, "untung gue gendut dan punya pacar". EITS! takabur. (ohiya, saya putus juga bukan karena saya gendut yaa. tapi ada hal yang jaauuhh lebih bernilai tentang alasan kenapa saya putus. Jadi jangan berpikir bahwa diputusin karena saya gendut, wkwkw so stupid, meski ada aja yang seperti itu).
Nah, itulah cerita pengalaman saya yang akhirnya memotivasi saya untuk mengembalikan bentuk badan yang ideal. Saya masih berjuang untuk menurunkan berat badan 5-7 kilo lagi. Bukan buat menarik perhatian kaum Adam, tetapi hal ini juga saya lakukan untuk kesehatan badan saya (berdasarkan riwayat). Semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman-teman sebagai salah satu motivasi untuk hidup lebih sehat.
Memang, pengalaman saya ini lebih kental seolah untuk menarik perhatian kaum Adam. Tapi coba kamu pikirkan lagi deh buat yang masih single maupun yang sudah berpacaran/bersuami. Artis sekelas Olla Ramlan aja masih terus berusaha buat keliatan cantik meski suaminya tidak menuntutnya untuk melakukan ini dan itu. Itu semua dilakulan atas kesadarannya sendiri, begitupun saya yang sadar bahwa penampilan juga penting bagi saya.
Stay healthy and beauty, girls!❤
Komentar
Posting Komentar