Butuh Waktu


oleh: Innesyifa Haqien


Taukah kamu bagaimana rasanya bisa terbang? haha aku rasa tidak. karena kita manusia biasa yang tidak bersayap. tapi kali ini, aku mau mengajak kalian untuk menganalogikan diri kalian sebagai seekor burung dan mengaitkannya dengan cinta. hahaha agak basi ya kedengerannya.
***

gimana rasanya kalau kamu terlahir dari keluarga yang tidak pernah mengajarkan kamu untuk terbang? pasti sedih ya ngeliat kawanan burung lain bisa kesana-kemari mengepakan sayap dan terbang sesukanya. pasti ada rasa iri ya?
tapi bagaimana jika tindakan itu dilakukan oleh orang tuamu, semata-mata untuk menjagamu agar tidak terjatuh dan terluka? bagaimana jika terjadi kejadian buruk saat kamu terbang, misalnya dimakan oleh burung lain yang ukurannya lebih besar darimu? bagaimana jika kamu tidak akan kembali pulang kerumahmu karena sudah asyik terbang bebas? lantas, bagaimana nasib keluargamu tanpa ada kamu disisi mereka?
agak berat memang, dan kamu selalu mengeluh, "aku mau terbaaaaanngg!!"

okey, kamu bakal lalui harimu tanpa terbang. berloncat-loncat melewati dahan yang berjatuhan untuk bermain dan berjalan, dengan hati yang ikhlas dan bahagia.
berkawan dengan hewan darat lainnya, tidak mempedulikan cemoohan burung-urung lain karena kamu tidak bisa terbang. lalui harimu sebagai burung yang tidak bisa terbang, walaupun sebenarnya ada naluri dalam dirimu untuk bisa terbang.

hingga akhirnya ketegaranmu selama ini perlahan runtuh ketika kamu melihat seekor burung yang kamu cintai terbang bebas dengan burung betina lainnya. kamu merasa hancur ketika kamu tidak bisa terbang bersamanya. ironisnya, kamu hanya mampu memandang mereka dari bawah, membiarkannya pergi meninggalkanmu sendirian tanpa kawan.

namun di saat yang bersamaan, ada burung jantan mendekatimu dan bertanya atas dasar apa kamu bersedih? dan kamu menceritakan semuanya dari awal hingga akhir. dia berbeda dengan burung lainnya. ketika kamu menceritakan kisah sedihmu pada kawanan burung lain, sontak mereka akan menertawakanmu, mencemoohmu kembali, bahkan meninggalkanmu sendiri lagi. tapi kali ini berbeda. burung jantan (barusan) sama sekali tidak menertawakanmu. justru ia tersenyum dan memberikan pengertian kepadamu. dan ketika kamu bertanya padanya, "maukah kamu mengajarkanku terbang?" saat itulah, cahaya tuhan datang. *azeeg! burung jantan itu dengan sigap menjulurkan salah satu sayapnya, tanda siap akan mengajarkanmu terbang.

diajaklah kamu naik ke sebuah dahan pohon yang tidak terlalu tinggi. kamu bertanya, "bukankah untuk terbang kita membutuhkan angin yang lebih besar daripada ini?". dengan tenang ia menjawab, "ketika saatnya kamu siap untuk berhadapan dengan angin yang lebih besar daripada ini, itu berarti kamu sudah siap untuk segala kemungkinan yang akan kamu terpa selama diperjalanan terbangmu". burung jantan itu langsung memberikan instruksi kepadamu untuk mengangkat kedua sayapmu, dan mengepakkannya secara perlahan,menikmati deru angin yang keluar akibat kepakan sayapmu. lalu ia memberikan aba-aba untuk loncat. namun kamu belum yakin untuk melakukan itu.

dengan segala motivasi yang diberikan si burung jantan, akhirnya kamu yakin untuk meloncat dengan mengepakan sayapmu. uji pertama kamu gagal untuk bertahan diatas udara. uji kedua, ketiga, keempat, hingga puluhan kali kamu gagal untuk bisa bertahan. tidak kamu sadari, sudah terlalu banyak luka yang kamu lukis di sekujur tubuhmu akibat terbentur oleh tanah. si burung jantan sudah memberikanmu saran untuk berhenti lahitan walau hanya sekedar untuk beristirahat. namun karena amarahmu yang bergemuruh melihat burung yang kamu cintai terbang bebas dengan burung betina lainnya, membuatku tak gentar untuk berlatih agar bisa terbang.

ketika kamu terjatuh dan menangis di lompatan ke 98 kalinya, si burung jantan menghampiri. ia tidak berbicara apapun, namun langsung memberikan dekapan hangat kepadamu. ia membiarkanmu menghabisi tangismu di dadanya. membiarkan bulu-bulunya basah karena air matamu. hingga kamu terlelap di dekapannya.

keesokan harinya, kamu terbangun dengan diselimuti tumpukan daun hijau menguning. kamu mencari si burung jantan dengan menengok ke kanan dan ke kiri namun tidak juga terlihat. kamu merasakan sesak di dada ketika menyadari tidak ada siapapun yang mempedulikanmu saat ini. namun kamu dikejutkan dengan tumpukan makanan yang tiba-tiba jatuh di hadapanmu. ketika kamu mengadahkan kepala, kamu melihat si burung jantan sedang membuat jaring-jaring dari batangan daun kering dari ujung dahan pohon tempat kamu berlatih semalaman hingga dahan pohon diseberangnya. betapa terkejutnya dirimu ketika kamu menyadari si burung jantan sedang mempersiapkan medan untuk tempatmu berlatih agar kamu tidak terjatuh hingga menyentuh tanah. 

dengan bersemangat setelah kamu menghabiskan biji-bijian yang ada di hadapanmu, kamu loncat-loncat untuk menghampiri si burung jantan. setelah si burung jantan memberikan aba-aba melompat, tanpa membuang waktu kamu langsung melompat sambil mengepakan sayap. percobaan pertama-kedua dan ketiga masih belum berhasil. namun dipercobaan kelima, kamu berhasil bertahan di atas angin selama lima detik sebelum akhirnya kau terjatuh lagi. sang burung jantan tidak henti-hentinya memotivasi dirimu untuk terus berlatih dengan segala metode baru agar kamu dengan mudah terbang. hingga sampai dipercobaan ke-24, kamu berhasil terbang menyebrangi dahan pohon berikutnya. ada rasa bangga dalam dirimu hingga akhirnya kamu bisa terbang. sang burung jantan pun tidak henti-hentinya memuji dan terus memberikanmu semangat agar bisa lebih baik lagi.

hingga jam demi jam kamu lalui untuk berlatih terbang bersama, ada benih-benih cinta diantara kalian. sang jantan membawamu kesebuah dahan pohon yang lebih tinggi lagi untuk menunjukan kepadamu betapa indahnya alam ini bila dilihat dari atas. awalnya kamu ragu untuk loncat sendirian, namun dengan segala keyakinan dan keteguhan serta rasa percaya bahwa si jantan tidak akan membiarkanmu jatuh lagi ke tanah, maka kamu berani untuk melompat.

benar saja, usaha itu berhasil. kamu berhasil terbang! terbang sendiri tanpa bantuan dari siapapun kecuali angin. betapa bahagianya dirimu bisa terbang dengan bebasnya menikmati alam yang tidak pernah kamu lihat sebelumnya. disusul oleh si burung jantan dari tempat kamu lompat, kalian terbang bersama-sama. kamu memikirkan perasaan yang terus muncul ketika bersamanya. sampai akhirnya kalian saling jatuh cinta.

namun dalam perjalanan cinta kalian, ternyata tidak semulus terbang diatas awan. kalian menemukan banyak perdebatan dalam menjalani suatu ikatan cinta. walaupun hal itu mengatasnamakan kasih cinta kalian, tetapi hal tersebut terus terulang dengan masalah yang selalu sama. si burung jantan tidak suka ketika kamu memamerkan kelebihan yang sekarang kamu punya (terbang) kepada burung jantan yang telah meniggalkanmu dulu sendiriran terbang bersama burung betina lainnya. 

si burung jantan terus mengkhawatirkanmu setiap kali kamu berjumpa dengan tokoh masa lalumu yang padahal kalian tidak pernah punya ikatan apapun. sesuatu hal yang wajar memang. namun kamu terkadang merasa kebebasanmu terenggut olehnya.

(si burung betina ini sudah terlalu lama menikmati masa-masa sendirinya, hingga ia terkadang lupa kbahagiaannya dalam menikmati masa bebasnya harus terbagi)

tetapi bila diingat atas segala perjuangan yang telah si burung jantan berikan kepadamu, setimpal dengan apa yang kamu dapatkan sekarang hingga bisa terbang bebas. kamu harus menyadari bahwa ada seseorang dibalik suksesnya kamu yang membutuhkan perhatianmu lebih dari sekedar hanya omongan "aku sayang padamu". ia membutuhkan perhatianmu dalam bentuk sikap untuk menunjukan padanya bahwa kamu juga memedulikannya. dengan segala upaya yang kamu lakukan, kamu hanya bisa berharap, semoga waktu memberikan ruang untuk bisa memahaminya lebih cepat dan bertahan padanya lebih lama. semoga..

Komentar